TIMES JOMBANG, JOMBANG – Tidak semua orang lahir sebagai keturunan ulama atau bangsawan. Namun setiap orang memiliki kesempatan meninggalkan jejak melalui tulisan. 

Gagasan inilah yang ingin ditanamkan Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kabupaten Jombang (PC IPNU Jombang) saat menggelar pelatihan jurnalistik bertema “Jurnalistik Ala Santri Pesantren” pada Jumat (21/11/2025).

Kegiatan yang digelar di Aula Masjid Roudlatul Jannah, Desa Mancar, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang itu menghadirkan dua jurnalis muda: Rojiful Mamduh, Redaktur koran, Kevin Nizar, Jurnalis media online di Jombang.

Ketua PC IPNU Jombang, M. Syahrul Munir, menegaskan bahwa santri kini dituntut memiliki kemampuan lebih dari sekadar memahami kitab kuning.

“Santri sekarang tidak cukup hanya cakap mengaji. Mereka harus bisa membaca keadaan, menulis, dan menyampaikan informasi yang benar. Pelatihan ini ruang belajar agar pelajar NU makin siap menghadapi tantangan era digital,” ujarnya dalam keterangan yang diterima TIMES Indonesia, Minggu (23/11/2025).

Menurut Syahrul, literasi digital bukan hanya soal kemampuan teknologi, tetapi juga keberanian mengekspresikan gagasan melalui tulisan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dalam sesi pertama, Rojiful Mamduh membuka materinya dengan mengajak santri melihat lingkungan sekitar sebagai sumber berita yang tak ada habisnya.

“Di manapun bisa kita jadikan tulisan, asalkan kita peka. Dan kepekaan itu harus dilatih,” terangnya.

Ia menyebut kehidupan pesantren menyimpan banyak cerita, mulai dari tradisi, interaksi antar-santri, hingga peristiwa kecil yang sarat makna. Semua itu bisa menjadi bahan tulisan menarik jika diamati dengan baik.

Rojif juga mengingatkan pentingnya konsistensi. “Menulis itu seperti melatih otot. Semakin sering dilakukan, semakin kuat kemampuan kita menyampaikan ide dan fakta,” jelasnya.

Tidak berhenti pada teori, Rojif membimbing para peserta membuat laporan singkat seputar aktivitas pesantren. Ia memandu cara menyusun fakta, menyunting kalimat, dan menyampaikan informasi secara rengkas namun informatif.

Sementara itu, Pemateri kedua, Kevin Nizar, memulai materinya dengan memotret kebiasaan menulis para peserta yang beragam. Ada yang rajin, ada pula yang jarang bahkan tidak pernah menulis sama sekali.

Ia menegaskan bahwa menulis bukan hanya milik jurnalis, tetapi aktivitas yang dekat dengan semua profesi. Kevin mengutip pesan yang selalu menjadi motivasinya dalam dunia kepenulisan.

“Kalau kamu bukan anak ulama besar, bukan pula anak raja, maka menulislah,” katanya mengutip pesan Imam Al-Ghazali, yang disambut tawa para peserta.

Menurut Kevin, tulisan bisa menjadi sarana dakwah, kritik sosial, edukasi, hiburan, hingga alat perjuangan.

“Menulis memberi kesempatan pada kita untuk berdampak dan bermanfaat,” tambahnya.

Ia juga menyinggung sisi psikologis dalam menulis. Ketika hati sedang gelisah atau banyak tekanan, tulisan bisa menjadi tempat pelarian yang menenangkan.

“Kalau lagi resah, coba tuliskan uneg-uneg. Itu sangat membantu menenangkan pikiran,” ujarnya.

Sebagai penutup, Kevin menunjukkan betapa mudahnya membuat konten jurnalistik di era digital. Dengan gawai di tangan, siapa pun bisa menulis, mendokumentasikan peristiwa, hingga menyebarkannya ke publik.

Pelatihan ini diharapkan menjadi langkah awal bagi santri Jombang untuk berani mengekspresikan gagasan, mengabadikan pengalaman, serta turut berperan dalam dunia literasi dan media di era modern. (*)