TIMES JOMBANG, JAKARTA – Israel terus melanggar gencatan senjata dengan terus meledakkan bangunan di berbagai wilayah jalur Gaza, berambisi mengusir warga Palestina agar tidak bisa kembali ke rumahnya.
Sementara itu delapan negara Arab dan muslim membuat pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh menteri luar negeri Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, Pakistan, dan Indonesia yang menyatakan "sepenuhnya menolak segala upaya untuk mengusir rakyat Palestina".
Pada hari ke-57 sejak dimulainya gencatan senjata di Gaza, Israel tak pernah berhenti melakukan pelanggaran perjanjian gencatan senjata, mereka membunuh, melukai, menangkap bahkan meledakkan bangunan milik Palestina di berbagai wilayah di Jalur Gaza, khususnya di belakang apa yang dikenal sebagai Garis Kuning.
Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza meminta anggota kelompok yang menjadi kaki tangan Israel di Gaza untuk segera menyerahkan diri.
Kementerian Dalam Negeri di jalur Gaza menekankan, bahwa pembunuhan terhadap Yasser Abu Shabab adalah "nasib yang tak terelakkan bagi setiap pengkhianat yang memilih menuruti kemauan Israel.
Yasser Abu Shabab dibunuh oleh kelompok penyerangan tak dikenal karena disebut-disebut telah berkhianat terhadap rakyat dan tanah air Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas juga menyebut, bahwa nasib pemimpin bersenjata Yasser Abu Shabab, agen yang selama ini telah menjadi kaki tangan Israel, adalah nasib yang tak terelakkan bagi seseorang yang mengkhianati rakyatnya dan tanah airnya.
Gerakan tersebut menambahkan, bahwa Abu Shabab melakukan tindakan kriminal bersama gengnya, yang merupakan penyimpangan nyata dari tatanan nasional dan sosial.
Hamas juga memuji sikap para keluarga, suku, dan klan yang menyatakan bahwa mereka tidak mengakui Abu Shabab dan semua orang yang terlibat dalam penyerangan terhadap rakyat mereka atau bekerja sama dengan Israel, dan mencabut perlindungan kesukuan dan sosial dari kelompok yang terisolasi ini.
Kementerian Dalam Negeri di Gaza mengatakan, pihaknya akan berupaya memproses kasus mereka yang menyerahkan diri dan mempermudah prosedur persidangan mereka.
Di Tepi Barat, Israel terus melanjutkan serangan mereka terhadap kota-kota di Tepi Barat, dan membunuh pemuda Bahaa Rashid selama serangan mereka di kota Awarta, selatan Nablus.
Negara Arab dan Muslim Menolak
Sementara itu delapan negara Arab dan Islam, membuat pernyataan pada hari Jumat yang menyatakan keprihatinan mereka atas pernyataan Israel mengenai pembukaan perlintasan Rafah di satu arah untuk memungkinkan penduduk Gaza meninggalkan negara itu ke Mesir. Mereka menyerukan kepatuhan terhadap rencana Donald Trump dan konsolidasi gencatan senjata di Jalur Gaza.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh menteri luar negeri Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, Pakistan, dan Indonesia itu menyatakan bahwa negara-negara ini "sepenuhnya menolak segala upaya untuk mengusir rakyat Palestina."
ke delapan negara ini menekankan perlunya komitmen penuh terhadap rencana Presiden AS Donald Trump terkait Gaza, termasuk membuka perlintasan Rafah di kedua arah, dan melaksanakan semua persyaratan tanpa penundaan atau hambatan.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa gencatan senjata harus ditetapkan, penderitaan warga sipil harus diakhiri, dan bantuan harus diizinkan masuk ke Gaza tanpa batasan.
Kedelapan negara tersebut juga menyerukan percepatan rekonstruksi dan penciptaan kondisi bagi Otoritas Palestina untuk melanjutkan tanggung jawabnya di sektor tersebut.
Pada hari Rabu, Mesir juga telah membantah adanya kesepakatan dengan Israel untuk membuka perlintasan Rafah di satu arah agar penduduk bisa meninggalkan Jalur Gaza.
Kepada Al Jazeera, Kepala otoritas tersebut, Diaa Rashwan mengatakan, bahwa menurut klausul 12 rencana Trump, tidak seorang pun dari penduduk Palestina di Gaza dipaksa meninggalkannya secara sukarela atau dengan kekerasan, dan bahkan jika ia meninggalkannya secara sukarela, ia memiliki hak untuk kembali, dan ini berlaku untuk pembukaan perlintasan dari sisi Mesir.
Pernyataan pejabat Mesir itu muncul sebagai tanggapan atas pengumuman Israel yang akan membuka perlintasan Rafah dalam beberapa hari mendatang untuk mengizinkan warga Palestina meninggalkan Jalur Gaza menuju Mesir, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT).
Dengan dalih itu di beberapa wilayah Gaza, Israel terus menerus menghancurkan bangunan, gedung dan rumah-rumah penduduk Gaza agar tidak bisa kembali ke rumahnya, namun delapan negara Arab dan Muslim melakukan penolakan atas perilaku Israel itu. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Israel Berambisi Usir Warga Gaza, Negara Arab dan Muslim Menolaknya
| Pewarta | : Widodo Irianto |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |