https://jombang.times.co.id/
Kopi TIMES

Fase Akhir Ramadan: Fokus Raih Derajat Muttaqin

Kamis, 04 April 2024 - 16:27
Fase Akhir Ramadan: Fokus Raih Derajat Muttaqin Ishak, Dosen STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang

TIMES JOMBANG, JOMBANG – Ramadan merupakan tamu agung nan istimewa bagi orang beriman yang di dalamnya terdapat banyak keutamaan. Layaknya tamu, kehadirannya hanyalah sementara. Jika tiba waktunya, ia akan pergi meninggalkan si pemilik rumah. Orang yang mengetahui keistimewaan tamunya tidak akan membiarkan tamu istimewanya pergi begitu saja.

Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman meriwayatkan tentang pengklasifikasian keistimewaan ramadan ke dalam tiga fase sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang artinya: 

Awal bulan Ramadan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, sedangkan akhirnya adalah terbebas dari neraka. 

Pertama, fase rahmat (kasih sayang), yakni tanggal 1-10 Ramadhan. Pada fase ini nilai kasih sayang (rahmat) Allah dilebihkan untuk umat muslim yang ingin memperolehnya. Fase ini merupakan fase terberat karena manusia harus mengubah kebiasaan pola makan normal menjadi menahan lapar dan haus. Oleh karena itu Allah SWT berikan keistimewaan dengan membuka pintu rahmat yang sebesar-besarnya bagi hambanya yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan.

Kedua, fase maghfirah (ampunan), yakni tanggal 11-20 Ramadan. Fase ini merupakan fase transisi semangat, antara menurunnya semangat karena euphoria awal Ramadhan, serta mulai muncul sedikit euphoria mendekati idul fitri.

Pada fase ini sebaiknya digunakan untuk mengevaluasi diri terhadap kekurangan pada fase pertama. Celah kekurangan itu hendaknya dapat ditutup dengan bertaubat yaitu memperbanyak dzikir, istighfar, beramal sholeh, dan menekan nafsunya dari sifat-sifat buruk seperti ujub, takabur, merasa paling benar, dan sebagainya. Sehingga jika hal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh akan mendatangkan ampunan dari Allah SWT.

Ketiga, fase ‘itqun minan nar (pembebasan dari api neraka), yakni tanggal 21 hingga akhir malam bulan Ramadhan (29 atau 30 Ramadhan). Fase ini merupakan fase yang  sangat istimewa dan selalu menjadi malam favorit Rasulullah SAW. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang artinya:

"Ketika memasuki sepuluh akhir Ramadan, Nabi fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut ibadah," (HR Bukhari).

Pada fase ketiga ini pula terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan yang dikenal dengan malam “Lailatul Qodar”. Menjadi sangat spesial karena Allah SWT dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.

Dijelaskan dalam hadits yang artinya "Carilah Lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan" (HR Bukhari).

Jika sepuluh malam terakhir itu diperas lagi maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits yang artinya "Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan." (HR Bukhari).

Terdapat banyak ibadah yang dapat dilakukan untuk mengisi malam pembebasan dari api neraka khususnya menyongsong Lailatul Qodar, mulai dari sholat sunah, iktikaf di masjid, memperbanyak dzikir, berdo’a, membaca dan mentadabburi Al-Qur’an.

Ramadan saat ini telah memasuki 10 hari terakhir, Namun, masyarakat justru disibukkan dengan hal-hal yang justru melalaikan diri dari meraih kesempurnaan ramadan. Seperti buka puasa bersama yang bercampur laki-laki dan perempuan bukan mahram atau terlambat sholat maghrib karena terlalu asik mengobrol dengan teman lama.

Hiruk pikuk akhir ramadhan malah diisi kegiatan menyambut Idul Fitri yang berlebihan. Pasar dan pusat perbelanjaan lebih ramai daripada sholat tarawih di masjid. Shaf jamaah tarawih yang awalnya penuh semakin hari semakin maju. Seolah menandakan ramadhan bukanlah tamu agung yang diidamkan tapi tamu yang tidak diinginkan (Nau’dzubillah).

Jika manusia senang menyambut hari raya Idul Fitri, tidak demikian halnya dengan malaikat. Makhluk mulia ciptaan Allah SWT yang waktunya dihabiskan hanya untuk beribadah kepada Allah ini begitu sedih menyaksikan kepergian Ramadan. Malaikat bersedih atas kepergian Ramadhan lantaran begitu sayangnya kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Jabir RA bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit-langit dan bumi, para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Muhammad SAW. Rasul pun ditanya; musibah apa itu yaa Rasulullah? Rasulullah menjawab: lenyap lah bulan Ramadan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, dan adzab (siksa) ditolak,”.

Memasuki akhir Ramadan, yang seharusnya bersedih adalah umat Nabi Muhammad karena telah kehilangan bulan penuh kemuliaan dan ampunan. Sebuah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT yang belum tentu dapat diraih pada tahun-tahun berikutnya.

Perasaan gembira di akhir Ramadan jelas menunjukkan ketidak pahaman terhadap makna kemuliaan bulan suci Ramadan. Introspeksi dan maksimalkan hari-hari terakhir di bulan Ramadan ini guna memperoleh derajat muttaqin.

***

*) Oleh : Ishak, Dosen STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jombang just now

Welcome to TIMES Jombang

TIMES Jombang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.