TIMES JOMBANG, JOMBANG – Aroma kopi menyeruak memenuhi udara di Kedai Viapi, Rabu (6/8/2025) malam. Suara gemericik air panas yang mengalir perlahan ke atas bubuk kopi terdengar bersahut-sahutan, seolah menjadi irama kompetisi yang menegangkan namun penuh kehangatan.
Sebanyak 48 barista dari berbagai kota di Jawa Timur berkumpul di satu tempat, bukan untuk sekadar ngopi, tapi untuk unjuk ketangkasan dalam meracik kopi dengan metode manual brew.
Ajang bertajuk "Tarung Bebas Manual Brew" ini digelar oleh Kedai Viapi Jombang. Barista dari Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Jombang, dan sejumlah kota lainnya beradu kepiawaian mengekstraksi kopi terbaik, dengan teknik, insting, dan sentuhan personal masing-masing.
Tak ada mesin canggih dalam lomba ini. Hanya kettle, dripper, filter, dan tangan-tangan terlatih yang bekerja mengolah biji kopi menjadi sajian nikmat. Penilaian dilakukan secara ketat oleh juri profesional, menyoroti aspek rasa, aroma, body, dan keunikan hasil seduhan.
Heri Purwanto, Owner Kedai Viapi yang juga tuan rumah acara, menyebut kompetisi ini bukan sekadar ajang unjuk kebolehan, tapi juga ruang temu bagi para barista dan komunitas kopi.
"Kami ingin mengangkat budaya seduh manual, sekaligus menjalin silaturahmi antarbarista se-Jawa Timur. Di balik kompetisi ini ada semangat belajar, berbagi ilmu, dan memperluas jejaring di dunia kopi,"ujar Heri, Jumat (8/8/2025).
Pria yang akrab disapa Cak Heri juga menambahkan bahwa kompetisi ini menyediakan hadiah total jutaan rupiah, namun yang terpenting adalah pengalaman dan apresiasi terhadap proses meracik kopi secara manual.
Meski berlangsung dalam suasana kompetitif, atmosfer acara terasa santai dan penuh keakraban. Sesekali terdengar tawa ringan di antara para peserta yang saling mencicipi hasil seduhan lawan. Di sudut lain, pengunjung dan penikmat kopi tampak antusias menyaksikan proses yang selama ini mereka nikmati diam-diam dari balik meja.
Arka salah satu peserta, mengaku senang bisa ambil bagian dalam kompetisi ini. "Kopi bukan sekadar minuman, tapi seni. Lewat seduhan manual, kita bisa tunjukkan karakter kopi dan juga karakter si peraciknya. Kompetisi ini bikin saya lebih semangat memperdalam teknik," ujarnya.
Ia berharap acara ini menjadi agenda tahunan dan menjadi pemantik tumbuhnya komunitas kopi yang solid di Jombang dan sekitarnya.
Di akhir acara, tak hanya pemenang yang tersenyum bangga. Semua yang hadir pulang dengan oleh-oleh berharga yakni inspirasi, semangat baru, dan mungkin, kenangan manis dari secangkir kopi yang tak terlupakan. (*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |