TIMES JOMBANG, JOMBANG – Selain dikenal dengan durian dan pesona alamnya, Kecamatan Wonosalam di Kabupaten Jombang ternyata menyimpan potensi lain yang mampu mendongkrak perekonomian lokal, yaitu peternakan sapi perah.
Desa Galengdowo menjadi salah satu desa yang 90 persen warganya mengandalkan peternakan sapi perah sebagai mata pencaharian utama.
UD Saputra Jaya, sentra peternakan sapi perah di Galengdowo, telah berperan besar dalam memajukan usaha peternakan tersebut.
Menurut Edy Sumarmo, pengelola UD Saputra Jaya, sebelum keberadaan perusahaan ini, harga jual susu di kalangan peternak hanya Rp6.000 per liter.
Namun, berkat pembinaan dan peningkatan kualitas produksi, kini harga susu di tangan peternak naik menjadi Rp7.300 per liter.
“Selain wisata dan durian, Wonosalam punya potensi besar di sektor peternakan sapi perah. Melalui UD Saputra Jaya, kami berusaha memberdayakan peternak lokal dengan berbagai program, seperti sistem gaduh sapi dan kredit sapi tanpa bunga, untuk membantu meningkatkan taraf hidup mereka,” ujar Edy kepada awak media, Jumat (1/11/2024).
Saat ini, UD Saputra Jaya mengelola sekitar 4.000 ekor sapi perah, dengan total produksi mencapai 32 ton susu segar per hari. Susu tersebut dipasok ke berbagai pabrik besar, termasuk PT Indolakto, produsen susu merek Indomilk.
Di lokasi peternakan, terlihat aktivitas yang sibuk, dengan truk-truk besar keluar masuk untuk mengangkut susu segar yang langsung dikirim ke pabrik.
UD Saputra Jaya sudah berdiri sejak tahun 1990-an, namun baru memiliki kontrak pengiriman susu ke pabrik-pabrik besar pada 2021. Edy berharap potensi besar yang ada ini bisa terus didorong oleh Pemerintah Kabupaten Jombang untuk mengoptimalkan sektor peternakan sapi perah sebagai penggerak ekonomi daerah.
"Kami berharap potensi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah, karena peternakan sapi perah di Wonosalam dapat membantu meningkatkan ekonomi daerah dan kesejahteraan peternak lokal," tambahnya.
Meski memiliki potensi besar, Edy mengakui bahwa menjaga kesehatan sapi adalah tantangan utama dalam usaha ini. Setiap sapi harus dipantau secara ketat untuk memastikan kesehatannya agar produksi susu tetap optimal. Untuk itu, tim kesehatan hewan rutin melakukan pemeriksaan.
Dalam proses pengolahan susu, UD Saputra Jaya menerapkan standar kebersihan yang ketat. Susu yang baru diperah langsung dimasukkan ke alat pendingin dan disterilkan untuk memastikan kualitas dan keamanannya. Proses ini memakan waktu sekitar 20-30 menit.
Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, Edy yakin industri susu di Wonosalam dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan tidak hanya bagi ekonomi lokal, tetapi juga untuk ketahanan pangan nasional. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Meningkatkan Ekonomi Lewat Pemberdayaan Peternak Sapi Perah di Galengdowo, Wonosalam
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Deasy Mayasari |