TIMES JOMBANG – Indonesia memiliki kekayaan buah tropis yang luar biasa, namun hingga kini belum ditopang oleh ketersediaan tenaga terampil di sektor perbuahan.
Kesenjangan inilah yang mendorong Akademi Buah Nusantara (ABN) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur membentuk task force serta menggelar rapat kerja (raker) selama tiga hari, 15–17 November 2025, di De Durian Park, Wonosalam, Jombang.
Pertemuan tersebut menjadi langkah strategis menuju pendirian Program Studi Budidaya Buah, program vokasi pertama di Indonesia yang secara khusus berfokus pada buah-buahan tropis.
Direktur ABN, Prof. Dr. Reza Tirtawinata, menegaskan raker ini menjadi titik awal penyusunan kurikulum standar untuk melahirkan lulusan ahli madya yang benar-benar kompeten di bidang perbuahan Nusantara.
“Kami sepakat menyusun kurikulum sebagai pedoman lahirnya lulusan ahli madya buah. Indonesia kaya buah tropis, tetapi belum memiliki cukup tenaga terampil,” ujar Prof Reza dalam keterangannya, Selasa (18/11/2025).
Pendiri sekaligus inisiator ABN, Yusron Aminulloh, menambahkan bahwa lulusan nantinya ditargetkan mampu bekerja sebagai asisten manajer kebun industri, ahli ekspor-impor buah, hingga entrepreneur yang mendorong kemajuan daerah.
Raker ini diikuti jajaran pimpinan ABN dan UPN, antara lain Direktur ABN Prof Reza Tirtawinata; Wakil Rektor II UPN Prof Sukendah; Dekan Fakultas Pertanian UPN Prof Wanti Mindari; Wakil Dekan II Dr. Maroeto; serta para pakar seperti Dr. Yennyka Leilasariyanti, Aline Sisi Handini, Yusron Aminulloh, dan Muhammad As’ad.
Wakil Rektor II UPN, Prof Sukendah, menilai pendirian prodi ini merupakan momentum penting dalam pengembangan pendidikan vokasi.
“Program ini dirancang sebagai vokasi pertama yang fokus pada buah-buahan tropis. Sebuah langkah besar bagi dunia pertanian Indonesia,” katanya.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Pertanian UPN, Prof Wanti Mindari, menegaskan pentingnya kurikulum yang kuat dan rinci. Menurutnya, prodi budidaya buah minimal harus memuat 108 SKS dengan sekitar 35 mata kuliah yang disesuaikan kebutuhan industri buah nasional.
Dalam diskusi para pakar disebutkan, Indonesia memiliki keragaman buah tropis terbesar di dunia. Namun, produksi dan daya saingnya masih kalah dibanding negara lain, terutama pada komoditas unggulan seperti durian yang varietasnya melimpah tetapi hasil panennya tertinggal dari Thailand.
Kondisi ini dinilai membutuhkan intervensi melalui pendidikan vokasi yang terhubung langsung dengan praktik lapangan di sentra buah Nusantara.
Prof Reza menjelaskan bahwa desain prodi Budidaya Buah akan menerapkan model pembelajaran terintegrasi mencakup pemuliaan varietas, pengelolaan kebun, pascapanen, teknologi hortikultura modern, hingga manajemen pemasaran.
“Mahasiswa bukan hanya belajar teori, tapi praktik lapangan intensif agar siap memenuhi kebutuhan SDM industri buah nasional,” tegasnya.
Rektor UPN Veteran Jawa Timur, Prof. Dr. Akhmad Fauzi, menyatakan dukungan penuh atas pendirian ABN.
“ABN diharapkan menjadi model baru pendidikan vokasi berbasis potensi lokal. UPN siap mendukung dengan mengirim tim penyusun kurikulum sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujarnya. (*)
| Pewarta | : Rohmadi |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |