TIMES JOMBANG, JOMBANG – Menelisik sejarah 'Cancang Menturo' yang dipercaya sebagai batu pengikat kapal pada era kerajaan Majapahit yang terletak di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Cancang Menturo sendiri merupakan sebuah batu sejarah yang terletak di pinggir jalan Desa Menturo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Terlihat batu tersebut nampak seperti batu biasa bagi orang awam yang melihatnya.
Namun, siapa sangka ternyata batu tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi. Benar, batu itu menjadi saksi sejarah kehidupan pada era Kerajaan Majapahit.
Letak geografis Kabupaten Jombang yang berdampingan dengan Kota dan Kabupaten Mojokerto tak asing lagi jika sebagian besar peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit ada di kabupaten yang terkenal sebagai kota santri ini.
Orang-orang mengenal batu yang tertanam di dalam tanah ini sebagai Cancang Menturo yang diyakini masyarakat sebagai tempat mengikat tali kapal pada zaman kerajaan Majapahit.
Batu yang memiliki bentuk menyerupai kubus dengan tinggi diperkirakan 20 Cm lebih ini kondisinya rusak dan tak terawat, lumut mengelilingi sekitaran batu sehingga membuat baru ini terlihat seperti batu biasa pada umumnya.
Selain itu, Cancang Menturo disinyalir oleh masyarakat sebagai sebagai penanda jalan masuk menuju Ibukota Majapahit kala itu. Menturo, atau sekarang yang sudah menjadi Desa Menturo juga diyakini masyarakat sebagai pesanggrahan putra-putri kerajaan.
Nasrul Illah, Pemerhati Sejarah Jombang membenarkan tentang adanya Cancang Menturo yang diyakini sebagai tempat pengikat kapal yang berada pada zaman Majapahit.
Nasrul Illah, Pemerhati Sejarah Jombang. (FOTO : Rohmadi/TIMES Indonesia)
"Iya, batu itu dulu tempat pengikat kapal. Ada pada zaman Kerajaan Majapahit, kini dikenal sebagai Cancang Menturo," katanya, Jum'at (21/1/2022).
Lebih dalam pria yang akrab disapa Cak Nas ini menjelaskan, jika terdapat dua batu atau Cancang yang berada di Desa Menturo. Pada zaman dahulu area Menturo sungai Watudakon pada zaman Majapahit atau disebut Wewetih. Sedangkan batu tersebut salah satunya berada di sebelah barat desa.
"Sungai tersebut merupakan jalan masuk Majapahit dari Sungai Brantas. Muara di kali Brantas berada di Desa Jombok, Dusun Mbeluk. Antara dua batu sepanjang hampir 150 meter," jelas Adik Kandung Emha Ainun Najib atau Cak Nun ini.
Menturo yang dahulu merupakan sungai, merupakan tempat aktifitas masyarakat. Patok Batu Menturo, masih berada dalam satu kecamatan Sumobito bersama Desa Tugu dan Desa Badas yang juga memiliki tugu batu kuno yang tersebar di beberapa titik.
Lokasinya yang dekat dengan Badas, memunculkan dugaan bahwa patok batu ini merupakan salah satu jalur masuk menuju Kota Raja Wilwatikta.
"Sampai di dua batu itu sekitar 1 kilometer sesudahnya, ganti jalan darat di Tugu Badas. Saat ini masuk Desa Sebani, Kecamatan Sumobito. Dilanjutkan jalan darat lewat Sagada, sekarang Segodorejo," ujarnya.
Adik kandung budayawan Emha Ainun Najib itu menyebut, dirinya mengetahui karena tertera dalam beberapa bait buku Negarakertagama, karya Empu Prapanca.
Ia meneruskan, hal tersebut di kemudian hari ditindaklanjuti dengan penggalian oleh Arkeolog Nurhadi Rangkuti dari BP3 Jogjakarta. Dari penggalian itu, ditemukan keramik yang diduga berasal dari sebuah bangunan yang bukan dari kalangan rakyat.
"Beliau juga menggali 200 M dari batu itu," tandasnya.
Keramik yang ditemukan merupakan milik kalangan elite. Dirinya menceritakan, saat ia kecil, di area tersebut banyak ditemukan emas dan piring keramik mahal. Atas dasar itu, ia meyakini bahwa Menturo dan sekitarnya merupakan bagian penting dari kerajaan Majapahit.
Hal itu dibuktikan dengan temuan 'Cancang kapal, serta dari hasil penelitian pernah terdapat sungai yang menjadi aktifitas masyarakat zaman itu.
Lalu, di Kecamatan Sumobito tak jauh dari Desa Badas, juga terdapat Desa Madyopuro yang disinyalir kuat sebagai titik ibukota Majapahit berada. Kota Raja Majapahit kala itu memang disebut Madyopuro. Nama desa itu sampai sekarang juga masih ada dan belum berubah.
Sebelumnya, Menurut Almarhum K.H Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Mentoro ini dulu ada Pesanggrahan Ratu Champa RR Handarawati. Dimana, beliau sendiri masih merupakan keluarga dari Raja Champa, yang sudah memeluk Islam, istri selir Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir.
Bukti sejarah yang tak pernah terjamah ini bisa jadi bukti kuat bahwa pada masa kerajaan, Kabupaten Jombang memang sudah eksis sejak dahulu. Maka tidak salah jika masyarakat Menturo dan sekitarnya menyebut bahwa Batu Cancang Menturo yang tertanam di dalam tanah ini merupakan peninggalan pra sejarah kerajaan Majapahit.(*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Imadudin Muhammad |