TIMES JOMBANG, JOMBANG – Haul ke-14 Presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengusung tema 'Meneladani Budaya Etika Demokrasi Gus Dur'.
Tema itu, nampaknya sangat relevan di tengah memanasnya dunia perpolitikan Indonesia menjelanh pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan Inayah Wulandari Wahid, putri Gus Dur usai melakukan ziarah ke makam KH Hasyim Asy'ari dan Gus Dur di Komplek Pemakaman Keluarga Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Minggu (17/12/2023) sore.
Menurut perempuan yang akrab disapa Inayah Wahid ada beberapa pemikiran Gus Dur yang masih relevan diterapkan hingga saat ini yakni mengenai etika demokrasi ala Gus Dur.
"Yang mungkin hari ini relevan. Gus Dur sempat bahkan membuat tulisan tentang bagaimana kondisi yang seolah-olah demokrasi, seolah-olah konstitusional, seolah-olah taat hukum, seolah-olah kita ini sebenarnya bebas, tapi kemudian apakah betul kondisinya seperti itu," kata Inayah Wahid kepada awak media, Minggu (17/12/2023).
Dikutip dari NU Online ada 4 warisan Gus Dur untuk anak muda mengenai Etika Demokrasi.
Pertama, prioritas bagi anak muda adalah memiliki keyakinan yang kuat sebagai landasan sikap mereka.
Gus Dur menyoroti pentingnya sensitivitas anak muda terhadap realitas sekitar dan kemampuan untuk membedakan antara keyakinan ideologis atau keagamaan yang seharusnya diperjuangkan.
Kedua, penting bagi anak muda untuk mempertimbangkan segala kemungkinan sebelum membuat keputusan.
Inayah Wulandari Wahid putri Gus Gur saat memberikan keterangan Etika Demokrasi ala Gus Dur usai ziarah makam di Tebuireng, Minggu (17/12/2023). (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Gus Dur mengajarkan bahwa evaluasi yang matang atas konsekuensi dari tindakan dan opsi yang diambil sangat penting untuk membangun demokrasi yang berkesinambungan.
Ketiga, integritas dan empati menjadi penentu apakah keyakinan yang benar dan pengetahuan yang dimiliki mampu memberikan dampak positif pada kehidupan.
Gus Dur menekankan bahwa pengetahuan itu sendiri memiliki risiko, sehingga diperlukan integritas dan empati dalam menerapkan pengetahuan tersebut.
Keempat, solidaritas sosial adalah fondasi utama dalam demokrasi. Gus Dur percaya bahwa melalui solidaritas sosial, manusia bisa saling mendukung, mencegah konflik, dan membangun masyarakat yang bersifat tolong-menolong.
Meskipun etika berdemokrasi sangat kompleks, Gus Dur menegaskan bahwa hal tersebut harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Gus Dur waktu tahun 90-an, yang ternyata hari ini sangat relevan juga untuk kita pertanyakan. Apakah hari ini demokrasi yang kita dapatkan sebenarnya memang betul-betul demokrasi atau hanya seolah-olah demokrasi," tegasnya lagi.
Inayah Wahib berharap pada haul Gus Dur ke-14 bisa menjadi momentum untuk meneladani warisan pemikiran Gus Dur. “Bukan tentang haulnya, kalau itu cukup di doakan saja. Yang terpenting bagaimana pemikiran Gus Dur dan Mbah Hasyim tetap bisa disebar luaskan,” ucapnya.
Saat ziarah di makam Gus Dur, Inayah Wahid didampingi Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin dan juga Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra serta komunitas lintas etnis dan agama.
Meriahnya Rangkaian Haul Gus Dur di Jombang
Sementara itu, Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra juga mengungkapkan sosok Gus Dur sebagai pejuang kebangsaan untuk mewarisi nilai-nilai yang diterapkan.
"Kita tahu siapa Gus Dur, keberadaan museum tidak sekedar fisik, tapi bagaiman kita meneruskan perjuangan bangsa KH Hasyim Asyari dan kekinian Gus Dur, banyak nilai yang perlu kita jaga," jelas Mahendra.
Berbicara museum, Mahendra menegaskan jika keberadaan Minha ditengah peringatan haul Gus Dur ini menjadi bukti perjuangan kebangsaan yang harus digelorakan, dan tidak sekedar sebagai etalase.
"Museum tidak sekedar etalase bagaimana memahami nilai KH Hasyim Asyari dan Gus Dur harus terus kita bicarakan, kita gelorakan bagaimana perjuangan kebangsaan yang saat itu di jamannya dan selalu di update oleh Gus Dur," tutur Mahendra.
Seperti diketahui jika peringatan haul Gus Dur atau bulan Gus Dur di Jombang dilakukan dengan meriah, baik dari bidang pendidikan, seni, budaya yang diikuti oleh masyarakat lintas agama pula.
Suasana Inayah Wahid beserta rombongan saat ziarah makam Tebuireng, Minggu (17/12/2023). (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Selain dilakukan ziarah dan doa lintas agama dan budaya, bulan Gus Dur 2023 juga digelar kirab doa untuk Gus Dur, wawasan kebangsaan, pameran seni dan budaya seperti wayang potehi, stand up comedy, juga hasil karya lukisan seniman di Jombang.
Pada acara puncak peringatan bulan Gus Dur 2023 ini, masyarakat Jombang juga dihibur oleh pertunjukkan komedi campursari yakni Kartolo dan Cak Percil.
Juga nampak hadir sejumlah artis atau presenter Ibu Kota seperti Olga Lydia serta Widi Dwinanda, yang turut mengikuti rangkaian kegiatan Haul Gus Dur. (*)
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Ronny Wicaksono |