TIMES JOMBANG, JOMBANG – Di tengah panas terik dan cuaca ekstrem, seorang petani di Dusun Santren, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, justru menanam harapan baru di balik dinding plastik bening. Dialah Khusnul Yakin (44), petani yang sukses membudidayakan melon premium jenis Intanon melalui sistem greenhouse—metode tanam modern yang kini kian diminati petani muda.

Dengan lahan seluas 500 meter persegi dan populasi sekitar 1.250 tanaman, Khusnul mampu menghasilkan melon berkualitas tinggi dalam satu siklus tanam 80–90 hari. Namun, suhu panas ekstrem kali ini membuat hasil panen turun dari target dua ton menjadi hanya 1,2 ton.

“Fase pembesaran buah itu paling krusial. Kalau terlalu panas, pertumbuhan buah jadi tidak maksimal,” ujarnya, Sabtu (11/10/2025).

Meski demikian, sistem greenhouse tetap menjamin kualitas buah. Khusnul menggunakan benih non-antivirus karena tanaman berada di ruang tertutup dan steril dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Ia juga rutin menyemprotkan asam amino dan mono kalium phosphate untuk menjaga pembentukan buah.

Sebelum panen, melon diseleksi ketat berdasarkan bentuk, berat, dan kadar gula. Hanya buah dengan kadar gula minimal 14 brik yang masuk kategori premium.

“Kalau kurang dari itu, tidak bisa disebut Grade A,” tegasnya.

Melon premium ini dijual dengan sistem pre-order seharga Rp18 ribu per kilogram. Meskipun hasilnya sedikit, nilai jual dan kepuasan konsumen jauh lebih tinggi.

“Petani modern tak harus punya lahan luas, tapi harus punya visi besar. Menanam bukan sekadar menghasilkan buah, tapi juga menumbuhkan harapan baru bagi pertanian masa depan,” pungkas Khusnul. (*)