TIMES JOMBANG, JOMBANG – Di tengah ramainya persiapan menjelang bulan suci Ramadan, masyarakat Jombang memiliki tradisi unik yang terus lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal, yakni ‘Grebek Apem’.
Tradisi ini tak hanya memperkaya warisan budaya, tetapi juga menghadirkan momen kebersamaan yang berkesan bagi warga kota santri. Setiap tahun menjelang Ramadan, tradisi ‘Grebek Apem’ selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat Jombang.
Pada tahun 2024, setidaknya Pemerintah Kabupaten Jombang menyediakan 17 tumpeng Apem. 1 tumpeng apem berukuran raksasa di pusatkan di Alun-alun Jombang, kemudian 16 tumpeng lainnya diarak mulai dari halaman Kantor DPRD Jombang menuju Alun-alun Jombang sebagai finish.
Dalam arak-arakan tumpeng apem ini, menjadi lebih seru. Sebab, melibatkan pelajara SD dan SMP sederajat. Para pelajar juga nampak antusias, mereka berkostum beraneka ragam sesuai dengan sekolah masing-masing.
Sesampainya di finish Apem yang merupakan sejenis kue tradisional berbahan dasar tepung beras, menjadi pusat perhatian dalam tradisi ini. Para pemuda dan pemudi, bahkan anak-anak dan dewasa turut berkumpul untuk beramai-ramai untuk mendapatkan keberkahan dari ‘Grebek Apem’.
“Asik dan seru saja. Ikut rebutan, berharap dapat keberkahan dari tradisi ini,” kata Sumini warga yang ikut Grebek Apem di lokasi, Jum’at (8/3/2024).
Bagi masyarakat Jombang, ‘Grebek Apem’ bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momen kebersamaan dan kebahagiaan yang dinantikan. Para petugas menghias dan membagikan apem senang melihat senyum dan tawa dari warga yang menerima apem. Tradisi ini menjadi cermin kepedulian dan gotong royong yang masih kuat di tengah masyarakat.
Bahkan Sugiat Pj Bupati Jombang juga turut naik panggung disamping tumpeng apem raksasa. Ia juga ikut membagikan ribuan kue apem kepada masyarakat.
Menurutnya, meskipun zaman terus berganti dan budaya global semakin merambah, masyarakat Jombang tetap mempertahankan tradisi ‘Grebek Apem’ dengan penuh kebanggaan.
“Kami menyadari pentingnya melestarikan tradisi leluhur sebagai bagian dari identitas dan jati diri warga Jombang, serta sebagai upaya untuk meneruskan warisan budaya kepada generasi mendatang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sugiat menerangkan jika Tradisi ‘Grebek Apem’ adalah contoh nyata dari kekayaan budaya dan kebersamaan masyarakat Jombang. Di tengah dinamika zaman, tradisi ini tetap tegar berdiri, mengingatkan kita akan pentingnya kebersamaan, kepedulian, dan pelestarian warisan budaya.
“Semoga dengan acara ini (Grebek Apem) masyarakat makin giat dalam beribadah selama bulan suci Ramadan,” harap Sugiat.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Grebek Apem, Tradisi Menjelang Ramadan di Jombang yang Tak Pernah Pudar
Pewarta | : Rohmadi |
Editor | : Irfan Anshori |